Quotidian

Jika pagi
Ia menggosok tubuhnya dengan api
Menyiasati lebam sisa semalam
Aneka maki dan mimpi basah
Beberapa pagut cium dan kesepian

Di balik cermin
Bayangannya yang telanjang dan memucat
Menyala terbakar
Sekuntum terna crinum tumbuh di dadanya

Lantas ia menjalin rambutnya
Warna merah
Tak henti menguarkan bau duri dari luka-luka akal

Matahari naik sedikit
Langit melompat dan memekik
Angin mengirim teriak
Ia memanjat dari pinggiran lubang tempat sembunyi
Menaksir terang

Sudah siang
Ia memasang seringai sepanjang bibirnya
Orang-orang ditabik
Hatinya tetap terasa cabik

Sepanjang waktu ia bergerak
Menyeduh bercangkir-cangkir kopi
Mengingat-ingat semacam wangi kayu aras dan rosemari
Yang dikekalkan hidungnya

Jelang sore hari
Ia menimbang antara bercinta atau bunuh diri
Lebih berat mana?
Tidak ada yang peduli dengan rupa dan tubuh
Hanya jantungnya yang berdentam-dentam rusuh

Malam arang
Ia memejamkan mata
Sementara ruang-ruang hitam surut ke dalam kenang
Mati rindu
Debu-debu beterbangan

Leave a comment